• AYU



    Kutemui kau dalam angan yang sejati
    dan akhirnya akupun harus melepasmu
    dalam mimpi yang menggantung malamku


    “N
    ita,, benar ya kalo kamu pacaran sama Dito?”
    “Siapa yang bilang? Itu nga benar kok.”
    “Berarti itu cuma gosip yang kamu sebarkan supaya bisa jadi terkenal? Asal kamu tau ya, Dito itu pacar aku. Dia nga mungkin suka sama kamu jadi kamu jangan ngarep ya. Ingat itu.!”
    Gubrakkkk..... Pagi yang ceria untuk dijalani, namun tak begitu halnya dengan suasana hati Nita. Ya, ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Sesuatu yang ia sendiripun tak mengerti.
    “Pagi....” sapa Nita pada kedua orang tua dan adiknya yang telah lebih dulu berada di meja makan untuk sarapan bersama.
    “Pagi....” jawab mereka serentak. “Mengapa kau terlihat sangat tak bersemangat anakku?” tanya ibunya.
    “Cuman lemes aja Ma, semalam kurang tidur.”
    “ Kalo kamu merasa lelah, jangan dipaksakan dong belajarnya. Nanti kalo kamu sakit semuanya jadi kacau.”
    “Iya Ma. Habisnya hari ini Nita ada tes sich.”
    “Ya sudah, sekarang kamu sarapan dan kita berangkat bersama, kebetulan papa ada urusan di dekat sekolah kalian.”
    * **

    “Hai Nit, kamu kenapa?”
    “Nggak apa-apa Vit, Cuman capek aja.”
    “Oya,,, aku dengar-dengar katanya kamu udah jadian yach sama profesor itu? Kok kamu ngga cerita-cerita sich sama aku. Kamu sudah nggak percaya sama aku lagi ya?”
    “Bukannya begitu Vit, justru aku bingung kenapa gosip itu bisa beredar. Aku sama Dito nggak ada hubungan apa-apa. Dito memang pernah bilang sayang sama aku, tapi itu bukan berarti kita jadian kan??? Habis dia nggak pernah nembak aku sich, lagian kamu tahu kan dia anaknya kaya gimana?”
    “Iya juga sich, tapi kamu harus gerak cepat lho. Soalnya nenek sihir itu kan ada rasa sama pengeran culunmu itu, hahaha...” Vita menggodanya sambil terus berlari karena melihat muka Nita yang sudah mulai manyun.

    Hari-hari kini terasa menyebalkan bagi Nita, ia selalu diberondong pertanyaan dari teman-temannya tentang kedekatannya dengan Dito. Ditambah lagi dengan adanya tatapan sinis dari Dina beserta kawan-kawannya. Benar-benar membuat Nita merasa tidak nyaman berada di sekolah.
    Dan yang lebih membuat Nita kesal adalah karena Dito sama sekali tak dapat dihubungi. Ia merasa rindu pada Dito, tapi ia juga merasa kesal. Ingin rasanya bertemu dengannya dan menceritakan semua yang ia rasakan. Ia merasa kesal sebab hubungan mereka yang tidak jelas. Hingga akhirnya pada suatu malam tiba-tiba handphone Nita berbunyi.
    Tit...tit... tertulis 1 message received di layar Hpnya. Nita membuka pesan tersebut dan terkejut karena pesan tersebut dari Dito, dengan terburu-buru ia membaca pesan itu.
    Hai.. cantik. Ge aps nich? Q kangen dch ma kamu . Ma’f yach coz Q jarng hub. kamu. Q ge sbk nich. Nita nga marah kan?? Oya,, u  baik2 ja kan...
    Entah apa yang ia rasakan, kesal dan bahagia bercampur menjadi satu. Dengan hati berdebar Nita membalas pesan tersebut.
    Q baik ja kok, sbnar’x q kesel bangt ma kamu,:’( tw ga sich anak2 pada rame ngomongn kita tapi kamu malh ga bsa dihubngi.
    Setelah membaca beberapa kali, akhirnya pesan itu pun ia kirimkan juga. Saat menunggu balasan itu terasa sangat lama bagi Nita, walau sesungguhnya waktu itu tidaklah lama. Begitu Hpnya berbunyi tanda pesan masuk, ia langsung membukanya.
    Mksd’x?? Q  nga ngerti. Mang ada pa sich dengn tmank2’U?

    Balasan yang menyebalkan....umpat Nita. Ia pun kemudian membalas pesan itu.
    Kamu tw ga sich lo tmank2 lagi bicrkan ttg kita? Q cpe dgr ochan mreka. Dlu mang u blag syang ma’Q tapi u ga pnh kan minta q tuk jdi pcarmu... jadi q ga pnh b’anggpn lo kita pcran. Tapi tmank2 blang’x qt pcran n mrka tw’x dri tmank’u krna crta kamu. Gman q ga sebel coba??? 

    Lama waktu berselang sampe akhirnya muncul balasan pesan di Hpnya.
    Dito mnt m’f ych, ga tw lo jdix bkl kya gni. Dito sbnar’x chayank ma Nita, jdi sa’t tman2 t? Ya q blang ja lo q sayang Nita, hx aja mrka slah tanggp n ngrax qt pcran. M’fn q ych Nit, udh bkin u jdi ga tnang.

    Tak terasa kejujuran hati Dito menitikkan butiran-butiran bening di pipi mungil Nita. Dalam kemarahannya kini terselip rasa haru yang dalam. Ya,, harus ia akui bahwa memiliki kasih sayang Dito adalah hal terindah yang pernah ia rasakan dalam hidupnya. Namun ia takut untuk merengkuhnya, sebab Dito tak pernah secara terang-terangan memintanya untuk menjadi kekasihnya. Ia pun membalas pesan itu.
    Sayang?? Buknx u  pacrn sama Dina? Q nga mw cri mslah ma dia. Aku kapok.

    Dalam isaknya, kembali air matanya meleleh karena ucapan Dito yang menyentuh hatinya.
    Nit, mgkn q bkn yg t’indh dlm hdup’u n ga akn jdi yg abdi dlm hdup’u. Tak ada yg kekal. Q akui sjak awl q menyimpan p’rasan pada’u nmn q tkut mxatkn’x krn tkut khlngn’u. Tp q sdr ga bsa slalu sprt ini. Mf udh bkin kamu kcwa. Q cma mw blang lo Dito syang bgt ma Nita. “Nita mw ga jadi pcr’x Dito??” sbnr’x q mw blg scra lagsng tp untk wkt dkt ini q ga da wkt unk ktmu. Nita ga hrs jwb skr ko. Q akn sbr menunggu. Hm.. 1 lgi, q n Dina nga ada apa2, yg suka ma Dina itu tmankq. Q hrap u bsa pcya maq.

    Nita tak mampu lagi berkata, handphone itu terlepas dari tangannya. Tuhan,, cinta pertamaku. Inikah dia? Si culun itukah orangnya? Aku tak dapat mempercayainya, apa mungkin cinta itu benar-benar telah mengetuk pintu hatiku? Aku terlalu gembira untuk menyadari ini. Atau aku terlalu takut untuk perubahan ini?

    ***

    “Pagi Vit.....” sapa Nita dengan ramah kepada sahabatnya dan langsung duduk disebelahnya. Vita adalah satu-satunya sahabat karib Nita, dimana ada Nita pasti Vita, hampir tak pernah ada perselisihan yang membuat keduanya bertengkar hebat. Vita yang sedang asyik dengan bacaannya menjadi terkejut.
    “Sialan loe...pagi-pagi sudah bikin orang jantungan aja. Senang ya lihat temannya kalap-kalap?”
    “Hehehe.... maaf jeng, bukannya githu... aku sayang ko ma temanku yang bawel ini. Maafin ya...” kata Nita sambil mencubit pipi sahabatnya tesebut
    “Cengengesan aja. Kalo ada maunya pasti pake temanku sayang. Tapi kenapa kamu tiba-tiba bahagia begitu? Biasanya kamu selalau uring-uringan sejak kejadian gosip panas itu.”
    “Sekarang udah nga,, malas mikir itu mulu.” jawab Nita sambil tersenyum jahil kepada Vita.
     “Ngaku nga!! Pasti ada apa-apa kan? Kamu nga bisa bohong dari aku.” Vita memandang Nita dengan tatapan menuduh.
    “Hmmm sebenarnya semalam Dito hubungi aku dan dia bilang sayang sama aku. Trus dia juga nembak aku. Cuma aku masih bingung mau jawab apa dan dia bakal nunggu sampe aku punya jawabannya.”
    “Kenapa begitu,, kamu nga suka sama dia? Atau karena si nenek sihir itu ya, kamu takut bersaing sama nenek sihir itu?”
    “Aku suka sih, tapi aku belum yakin sama perasaanku sendiri. Menurut kamu sebaiknya aku gimana?”
    “Aku sih terserah kamu, kalo kamu sayang sama dia sebaiknya kamu terima tapi kalo tidak ya jangan dipaksa. Sekarang aku mau tanya, kamu suka rindu nga sama dia, kamu pernah berharap kalo suatu saat Dito bakal nembak kamu?”
    “Sebenarnya begitu, apa perasaanku ini bisa dibilang rasa cinta?”
    “Yapz, benar sekali.”
    “Trus,, sekarang gimana?”
    “Sekarang kamu pasti sudah tahu apa yang harus kamu lakukan. Kamu yang tahu apa yang terbaik untuk kamu. Aku hanya bisa kasi saran aja. Sudah bel masuk nih, siap belajar dech.” Mereka pun sibuk mempersiapkan perlengkapan belajar.

    ***

    Waktu demi waktu kulalui tanpa dirimu disisiku
    tak pernah kukeluhkan yang terjadi
    namun, mengapa tak ada sedikit senyum
    yang dapat kau berikan padaku saat kita bertemu??
    hilangkah semua,, inikah akhirnya??
    katakan padaku agar tak ku tunggu
    berikan jawaban atas semua yang kupertanyakan
    dari hatimu, tuk diriku dan hatiku
    berilah sedikit ketenangan dalam jiwaku
    walau itu sebuah pertanda
    engkau mengakhiri semuanya

    Sudah sejak lama setelah kejadian itu Dito tak pernah lagi menghubungi Nita. Ia merasa sangat kecewa sebab ia sudah mempunyai jawaban yang akan diberikan kepada Dito namun Dito tak dapat dihubungi. Sampai akhirnya pada sebuah kegiatan Nita bertemu dengan Dito. Awalnya Nita merasa sangat gembira namun akhirnya ia pulang dengan kekecewaan yang mendalam. Dito sama sekali tak menganggapnya ada. Jangankan berbicara dengannya, tersenyumpun tidak dan itu membuat ia sangat sedih.
    Vita, sebagai sahabat dekatnya hanya bisa mendengarkan keluhan Nita sambil tersenyum. Entah apa yang ada dalam hati Vita, yang pasti senyum itu selalu ia sembunyikan dari hadapan Nita.
    “Nit, ntar malam temani aku ke ultahnya sepupuku ya. Ujian kan udah selesai jadi nga ada alasan untuk nolak undangannya. Lagian aku nga mungkin pergi sendiri.” pinta Vita sambil memelas.
    “Nga ah,, aku malas. Pengen di rumah aja. Aku juga kan nga diundang.”
    “Jangan gitu dong, katanya aku temannya yang tersayang, masa dibiarkan jalan sendiri. Kamu jangan ngurung diri trus dong. Jangan mikirin Si Culun saja, aku juga udah bilang kalo mau pergi sama teman. Kita pergi ya...” Vita terus merayu dan meminta Nita untuk menemaninya.
    “Iya,, iya dech, aku temani. Tapi jangan sampai malam ya.”
    “Siiiip... tenang aja. Siapa tahu aja disana kamu bakal dapat yang lebih keren dari Culunmu tersayang itu.” Nita hanya manyun-manyun saja mendengar ledekan sahabatnya.
    Tanpa sepengatahuan Nita sebenarnya ada yang telah Vita persiapkan untuknya. Hanya saja ini adalah kejutan yang tidak boleh dibocorkan hingga waktunya tiba. Dan ia merasa kinilah waktunya.
    “Gimana sich, ko telat?”
    “Aduh ngebet banget sich. Tadi aku bantuin Mama dulu. Ayo berangkat dech, ntar kemalaman lagi.”
    “Sebenarnya aku malas banget pergi tapi karena kamu...” Nita tak melanjutkan perkataannya dan hanya cemberut.
    “Iya aku tahu kok, kamu emang temanku yang paling baik.” Vita berucap sambil tersenyum.
    Sesampai di tempat acara ulang tahun itu, Nita sungguh-sungguh tak dapat menikmati pesta itu, terlebih ia ditinggal sendiri oleh Vita. Nita ingin segera pulang namun ia tak tega meninggalkan sahabatnya seorang diri. Nita hanya duduk sambil melamun tanpa ada yang bisa diajak mengobrol.
    Namun tiba-tiba, “Teman-teman semua, ayo kita sambut Dito Saputra, dengan nyanyian selamat ulang tahun.”
    Nita tercengang mendengar hal itu, ia sempat merasa tak percaya. “Yang namanya Dito Saputra di dunia ini kan bukan hanya satu. Dia pasti bukan Dito.” Ucap Nita pada dirinya sendiri. “Vita mana sich, dari tadi kok nga kelihatan?” Nita kini mulai tak sabar menunggu.
    “Terima kasih teman-teman sudah mau datang ke acaraku. Aku merasa sangat senang. Sebenarnya acara ini disiapkan khusus oleh sepupuku yang paling baik dan bawel, yaitu Vita Anjani. Dia yang merancang semua ini. Thank’s ya Vit.”
    “Suara itu,” Mendengar suara itu, Nita lalu maju ke depan. Dan blarrrr... ia merasa bagai ditampar. Vita tersenyum manis disamping Si Culun, ia bahkan dengan santainya melambaikan tangan ke arah Nita. Kemudian Vita mengambil mikrophone dan berkata “Nita Maharani harap maju ke depan.”
    Ia tak punya pilihan, dengan langkah malu ia pun berjalan menuju ke arah Vita dan Dito berdiri. “Makasi ya Vit, udah berhasil ngajak Nita kesini.”
    “Sipppp, siapa dulu dong, Vita...” ia menatap jahil pada Nita.
    “Maksudnya apa nich?” Nita menatap mereka berdua dengan tatapan bingung. “Apa yang kalian rahasiakan dari aku?”
    “Nita sebenarnya aku dan Vita itu adalah sepupu. Dia tahu kalo aku suka sama kamu dan dia juga bilang sama aku bahwa kamu masih ragu dengan perasaanmu ke aku. Karena itu, untuk sementara waktu Vita menyuruhku untuk menjauhimu sampai kamu benar-benar yakin bahwa kamu mencintai aku. Dan Vita juga yang merancang acara ini untuk mempertemukan kita agar aku bisa menyatakan apa yang aku rasakan sama kamu.”
    “Jadi,,,,, kalian....” Nita tak dapat melanjutkan kata-katanya karena terharu.
    “Karena kamu sahabat terbaikku. Aku bahagia bila kamu bahagia dan aku akan tetap disampingmu saat kamu merasa sedih.” Ucap Vita sambil berkaca-kaca.
    “Makasi ya Vit, kamu sudah menyadarkan aku. Kamu memang sahabatku yang paling baik.”
    “Iya bawel...” mereka berdua pun berpelukan diiringi tepuk tangan teman-teman mereka.
    “Nita... maaf ya, kamu pasti sudah sangat kecewa dengan sikapku. Tapi aku nga mau kamu menerima aku karena terpaksa. Aku ingin perasaan itu tulus dari hati kamu. Aku juga sempat bilang kalo aku ingin menyatakan semua ini secara langsung sama kamu. Jadi, apa kamu mau jadi pacar aku?”
    “Terima.... terima.... terima....” teman-teman ribut meneriakkan kata itu sambil bertepuk tangan.
    “Hmmm... aku sudah terlanjur kecewa sama kamu. Aku bahkan tidak tahu apa aku masih bisa menerima kamu.”
    “Jadi kamu nolak aku Nit?” Dito bertanya dengan nada kecewanya yang tak dapat ia sembunyikan.
    “Nita.. kamu sungguh-sungguh?” Vita pun terkejut mendengar jawaban Nita.
    “Dulu aku memang suka sama kamu, tapi aku sudah terlanjur kecewa, Dit. Aku benar-benar terkejut dengan kejadian malam ini dan karena semua kejadian ini aku semakin yakin bahwa kamu memang tulus sama aku. Tapi....aku tetap tidak bisa membohongi perasaanku, Dit.”
    “Kamu benar-benar nga bisa nerima aku dan maafin semua kesalahku? Aku bisa terima kok, yang penting kamu sudah tahu perasaanku dan aku tidak mau kamu menerimaku karena terpaksa.”
    “Iya, aku nga bisa membohongi perasaanku kalo aku sayang banget sama kamu dan aku mau bilang kalo aku mau jadi pacar kamu.” Nita menjawab sambil tersipu malu.
    “Apa? Makasi ya Nit, aku janji nga akan ngecewain kamu lagi. Aku sayang sama kamu.” Dito menggengam tangan Nita yang masih tersenyum malu.
    “Hore.....hore... tepuk tangan yang riuh memeriahkan malam bahagia itu.
    “Selamat ya, Dito, Nita, kalian memang pasangan yang serasi. Kamu sukses membuat jantungku mau copot.” Vita tersenyum lega sambil mencubit pipi sahabat sejatinya.
    Malam itu benar-benar mengejutkan bagi Nita. Vita patut berbahagia karena telah sukses menyiapkan kejutan untuk sahabat dan sepupunya. Tak pernah terbayangkan oleh Nita tentang kejadian malam ini. Ia benar-benar bahagia. Semua kesedihan dan kekecewaannya serasa terobati dengan senyum tulus malam ini.
    Malam dengan rembulan pijar dan bintang pesona yang menambah keanggunan hati Nita yang setia dalam pedihnya. Buah kasih yang sederhana dalam rengkuhan suci sang fajar.

    Dear diary....

               

    Kata mereka cinta itu suci
    cinta itu indah
    cinta tak pernah melukai
    dan tak pernah salah memilih orang

    aku tak percaya itu
    tapi itu dulu
    ya,, dulu sekali saat aku tak mengenal cinta

    pengalaman mendewasakanku
    memberiku arti cinta
    bukan cinta orang tuaku
    bukan cinta sahabatku
    bukan pula cinta palsu
    hmmm... palsukah ini?

    ah...aku malu
    tapi mengakuinya membuaku bahagia
    terima kasih Tuhan
    cinta menyambutku
    kan kujaga dalam hatiku
    hanya akan pergi
    saat seperti kuikhlaskan
    datangnya ia padaku

0 komentar:

Posting Komentar